Cara Meresensi Film Agar Disukai Pembaca
Ada tips mendasar agar tulisan resensi meraih pembaca, dan membuat pembaca menjadi tertarik dengan apa yang Anda katakan. Intriknya adalah mulailah dengan kutipan besar dari film, dan menjelaskan bagaimana hal itu mencerminkan plot, mengacu pada reputasi aktor atau sutradara. Lalu membandingkannya dengan film lain yang terkenal. Kemudian, mengakhiri paragraf pertama dengan menulis pernyataan dan pendapat Anda.
Selain itu, Anda bisa juga menggunakan metode 10 M untuk meresensi film. Apa itu 10 M? Pertama, melihat; kedua, menengok; ketiga, memeriksa; keempat, mengamati; kelima, mengintai; keenam, menyelidiki; ketujuh, menilik; kedelapan, mempertimbangkan kembali; kesembilan, mempelajari; dan kesepuluh, memahami. Dengan metode 10 M seorang peresensi dapat menyelami hati, perasaan, pikiran dan jiwa dari suatu film.
Cara meresensi film sebenarnya sama saja seperti meresensi buku. Hanya mungkin ada sedikit perbedaan dalam istilah seperti berikut ini:
Buku
Tahun terbit
Bestseller
Jilid (volume)
Halaman
Bab (chapter)
Penerbit
Penulis buku
Harga buku
Ukuran buku
Nukilan
Film
Rilis
Box office
Sekuel
Durasi
Adegan
Produser
Penulis skenario
Harga tiket
Cuplikan
Kisi-kisi Meresensi Film
Berikut ini adalah kisi-kisi untuk membuat tulisan resensi menjadi enak dibaca dan pembaca menemukan sesuatu yang membuatnya bergairah untuk membaca serta berkeinginan menonton film yang Anda resensi di antaranya:
Jika keadaan memungkinkan dan waktu Anda cukup, tontonlah film lebih dari sekali. Peresensi akan menemukan satu titik tempat ia akan “berangkat” menuliskan review dan menyampaikannya kepada pembaca.
Ungkapkan pendapat Anda tentang film yang Anda resensi.
Dalam mereview film jangan terlalu menguatkan kritikan kepada seorang aktor, sutradara, penulis skenario atau cacian tentang genre film. Ingat, makian dan cercaan dalam resensi bukanlah sebuah evaluasi. Resensi bisa gagal karena Anda dianggap melakukan serangan pribadi terhadap persona bukan kepada keseluruhan isi film.
Sesuaikan gaya Anda meninjau untuk pembaca yang sesuai pula. Jika Anda melempar ulasan untuk publikasi media A, mungkin itu tidak cocok untuk media B. Anda juga harus mengetahui film apa yang Anda resensi dan untuk target pembaca seperti apa. Contoh: Film Harry Potter adalah film anak-anak, mengapa orang dewasa pun menyukainya. Film trilogi Twilight Saga adalah film remaja tentang dua laki-laki, satunya vampir (Edward) dan satunya lagi manusia serigala (Jacob) yang jatuh hati kepada manusia (Bella Swan). Film Twilight adalah film romantis dan memikat. Kemudian, film yang lain lagi seperti film God Father yang dibintangi Marlon Brando, Al-Pacino, Robert De Niro adalah film tahun 70-an yang selalu menjadi acuan bagi film-film mafioso. Tugas peresensi film adalah jeli membedakan karakter setiap film.
Karena sekarang zaman internet, kemungkinan resensi Anda dibaca secara online. Pembaca atau pengunjung situs dapat dengan mudah “melompat” ke paragraf berikutnya jika mereka tidak ingin membaca sesuatu dan menganggap resensi Anda sudah tidak menarik sejak kalimat pertama.
Konsistensi seorang peresensi saat meresensi sangat dibutuhkan. Ia tidak boleh menjadi “hakim cerita” dari film yang ia resensi seperti misalkan menanyakan tindakan karakter tokoh-tokoh dalam film apakah wajar dan dibenarkan dalam dunia nyata, dan apa motif para tokoh tersebut masuk akal? Apakah plotnya logis? Apakah narasinya berbentuk “flashback,” alurnya maju atau mundur. Singkat kata, peresensi bukan hakim cerita. Ia harus melihat film dari sisi film secara utuh.
Menilai aktor/aktris saat meresensi adalah hal penting. Apakah mereka memenuhi harapan dalam keseluruhan elemen cerita atau karena mereka terhambat oleh script yang buruk. Contoh: aktor/aktris film yang bagus dengan bayaran tinggi. Apabila ia bermain dalam skenario yang buruk, kemungkinan hasilnya pun buruk. Mengenai hal ini pendapat aktor senior Al-Pacino agak berbeda, ia mengatakan, “aktor hebat datang dari naskah yang buruk. Tugasnya membuat naskah buruk menjadi menarik untuk diperankan.”
Perensensi dapat pula menyelipkan evaluasi unsur-unsur teknis seperti sinematografi, editing, pencahayaan, suara, dan komponen lainnya yang mendukung atau mengurangi film. Apakah musik (theme song and background music) dalam film sudah tepat.
Menulis review film seperti menulis tentang apa saja yang lain. Anda melakukannya karena Anda ingin melakukannya. Jika ada orang lain “di luar sana” menikmati hasil dari latihan Anda menulis resensi berarti Anda secara psikologis telah terhibur. Ibaratnya jangan ada beban saat menulis resensi. Mengalir saja like a river flow-sebagaimana sungai mengalir.
Seorang peresensi profesional dapat mengulas film, mengkritik film dalam satu esensi sinopsis yang padat dan lugas.
Jangan berkecil hati jika tulisan resensi Anda ditolak atau tulisan Anda dimuat di media lokal. Sebab, istilah media lokal-nasional sudah tidak relevan lagi. Sekarang zaman internet, Anda dapat terhubung oleh apapun, ke siapapun, di manapun, kapanpun. Resensi Anda bisa dibagi (sharing) di jejaring sosial facebook, Google +, dan mikroblogging twitter. Tulisan yang menarik akan mendapatkan like dan diminati oleh banyak follower dan bisa saja menjadi trending topic.
Penulis resensi hati-hati membangun plot, langkah-demi-langkah melalui sebuah cerita. Anda akan terkejut jika sewaktu-waktu banyak kritikus/komentator (comment) yang akan memberikan tanggapan. Jangan buru-buru membalas tanggapan dengan pernyataan, biarkan semua tampak alami. Komentar baik, komentar buruk itu adalah sebuah komentar saja. Semakin banyak yang mengomentari tulisan resensi Anda semakin baik, sekalipun itu komentar yang buruk.
Lord of the Rings-trilogi, Twilight Saga-trilogi, God Father-trilogi, Matrix-trilogi, Star Wars-trilogi, Born Identity-trilogi, film-film tersebut adalah film sekuel. Meresensi film sekuel tentu akan berbeda dan membutuhkan keterampilan tersendiri.
Apakah Anda tertarik untuk menulis review film untuk keuntungan (dibayar) atau hanya untuk bersenang-senang? Itu terserah Anda. Pilih filmnya dan akrab dengan konteksnya. Perdalam wawasan dalam setiap adegan cerita. Anda akan dapat memberitahu pembaca sebagaimana Anda menggemari film yang Anda tonton.
Setelah Anda melihat film, rumuskan pendapat tertentu dalam satu kalimat. Tugas peresensi adalah memberikan pendapat tentang film yang diresensi. Cobalah menemukan pendapat yang sangat spesifik yang akan menjadi dasar dari review film Anda.
Sekalipun film yang diresensi adalah film dengan tingkat “plot” rumit. Peresensi sebaiknya menggunakan bahasa sederhana, mudah dicerna dan tidak bertele-tele. Karena, pembaca menginginkan saat ia membaca, ia juga seperti sedang menonton film.
Show
0 Comments
Show widget
prev
next